Rp1,5 miliar, Jalan Simpang Tanjung Nan Ampek—Kampung Batu Dalam dengan anggaran Rp8,9 miliar, Jalan Muaro Paneh—Bukit Sileh dengan anggaran Rp3 miliar. 


Dengan DAK pula dibangun Gedung Pusat Informasi Wisata di Koto Baru dengan anggaran Rp2,9 miliar, Gedung Perpustakaan Daerah di Koto Baru dengan anggaran Rp10 miliar, dan Pasar Agropolitan Sungai Nanam dengan anggaran Rp2,8 miliar.    


Di bidang kesehatan, Pemkab Solok di bawah kepemimpinan Epyardi mencatatkan prestasi gemilang. Ketika Epyardi baru menjadi bupati, angka stunting (tengkes) di Kabupaten Solok cukup tinggi, yakni 40,1 persen. Epyardi lalu bekerja keras menurunkan angka stunting. Hasilnya terlihat jelas. Pada tahun 2022 angka stunting di kabupaten itu menurun drastis menjadi 15,9 persen dan menjadi 24,2 persen pada tahun 2023. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional bahkan menyatakan bahwa Kabupaten Solok dan Kabupaten Kendal (Jawa Tengah) sebagai kabupaten yang menjadi contoh baik dalam menangani masalah pengerdilan. 


Prestasi lain di bidang kesehatan di Pemkab Solok di bawah kepemimpinan Epyardi iala, antara lain, (1) penghargaan bertaraf internasional dari SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) kepada Suci Fadila sebagai finalis dalam kegiatan implementasi “Anakku Sehat, Anakku Cerdas”; (2) Penghargaan Gizi dan Pendidikan untuk percepatan penurunan stunting tingkat kabupaten/kota; (3) penghargaan Ombudsman tahun 2022 dengan nilai tertinggi di Kabupaten Solok untuk Puskesmas Salayo dan Puskesmas Talang; (4) Sertifikat Akreditasi yang merupakan pengakuan Kementerian Kesehatan terhadap 20 pelayanan kesehatan terstandar kepada RSUD Arosuka, Puskesmas Surian, Puskesmas Paninjauan, Puskesmas Sulit Air, dan Puskesmas Sungai Nanam.


Prestasi cemerlang tersebut juga tercatat di bidang ekonomi. Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Solok hanya 1,12 persen. Pada tahun 2021, tahun pertama Epyardi menjadi bupati, pertumbuhan ekonomi kabupaten tersebut naik menjadi 3,32 persen. Pada tahun 2022 naik lagi menjadi 4,31 persen. 


Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan turunnya angka kemiskinan. Pada tahun 2022 Kabupaten Solok menorehkan rekor angka kemiskinan terkecil dalam sembilan tahun. Pada tahun 2014 angka kemiskinan Kabupaten Solok tercatat 9,53 persen, pada tahun 2015 10 persen, pada tahun 2016 9,32 persen, pada tahun 2017 9,06 persen, pada tahun 2018 8,88 persen, pada tahun 2019 7,98 persen, pada tahun 2020 7,81 persen, pada tahun 2021 8,01 persen, dan pada tahun 2022 7,12 persen. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa Epyardi menurunkan angka kemiskinan, bukan menurunkan kemiskinan dari orang tua kepada anak atau dari generasi sebelumnya kepada generasi selanjutnya.
 
Top