Lintasinter-Sumbar-
Tak banyak perusahaan jasa perjalanan wisata yang meninggalkan "jejak' positif di suatu destinasi yang notabene adalah lokasi kunjungan tamu mereka. 


Tak banyak perusahaan perjalanan wisata yang memikirkan soal pemberdayaan masyarakat sekitar destinasi yang jadi tujuan berwisata tamu mereka.


Perusahaan tahunya cuma datang bawa tamu, bayar tiket restribusi masuk destinasi, awasi tamunya menikmati destinasi, yang jelas tamu senang. Itu saja.


Perusahaan, tetap saja sebagai perusahaan. Perusahaan yang melulu berfikir ekonomi/benefit; bagaimana bisa meraup untung besar. 


Tamu/wisatawan, tetap saja sebagai tamu. Mereka datang minta disajikan paket-paket yang wah dan indah untuk dinikmati. Kami bayar. Egois kesannya.


Destinasi wisata begitu pula. Tetap seperti-seperti itu saja. Monoton. Tak ada perubahan. Padahal bejibun perusahaan perjalanan yang bawa tamu ke sana. 


Masyarakat di sekitar destinasi juga begitu. Pelayanan mereka seperti-seperti itu saja. Jurus semau 'gue' masih saja terjadi. Padahal tamu/wisatawan ramai.


Selama ini, sedikit sekali perusahaan perjalanan wisata yang mampu berperan ganda; peran ekonomi dan peran pemberdayaan masyarakat. 


Banyak perusahaan perjalanan wisata hebat dan bonafit. Banyak tamu yang dibawa ke destinasi wisata di daerah. Tapi, cuma sampai di situ.


Tak banyak perusahaan perjalanan yang mampu berperan sebagai jembatan penghubung tamu dengan perbaikkan kualitas pelayanan destinasi wisata.


Lebih jelasnya, perusahaan menjadi fasilitator untuk perbaikkan kualitas destinasi, termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusia sekitar destinasi. 


Karena tak mau berperan, makanya penulis berani menyebut bahwa, tak banyak perusahaan perjalanan wisata yang meninggalkan "jejak" positif di destinasi.


Dari sedikit perusahaan perjalanan yang meninggalkan "jejak" positif di destinasi wisata tujuan tamunya, salah satunya adalah perusahaan bang Ridwan Tulus.


Perusahaan perjalanan bang Ridwan, dalam mendesain program/paket, selalu berfikir bagaimana tamunya bisa meninggalkan "jejak" positif di destinasi tujuan.


Bang Ridwan dan tim selalu berfikir bagaimana tamu yang dia bawa, bisa ikut berkecimpung membantu aktivitas sosial masyarakat di destinasi.


Banyak "jejak" positif yang ditinggalkan perusahaan Bang Ridwan Tulus di seantero daerah/destinasi yang pernah dikunjungi tamu wisatanya. 


Salah satu bukti "jejaknya" ada di Kota Pariaman. Yakni, di Kawasan Wisata Edukasi Konservasi Mangrove atau Apar Mangrove Park di Desa Apar, Kec. Pariaman Utara. 


Perusahaan Bang Ridwan Tulus bekerjasama dengan komunitas lokal, beraktivitas sejak tahun 2011 merehabilitasi mangrove dan terumbu karang.


Rata-rata ada dua rombongan tamu/paket wisata edukasi konservasi yang dibawa Bang Ridwan dan tim ke Pariaman tiap tahun. 


Di Pariaman para tamu yang notabene murid-murid sekolah international dikenalkan kegiatan konservasi perairan dan pesisir (mangrove dan terumbu karang).


Tak hanya dikenalkan, mereka juga ikut berdonasi, ikut jadi relawan sehari, merasakan dan menikmati bagaimana aktivitas konservasi dilaksanakan. 


Dari paket wisata edukasi konservasi perairan dan pesisir ini, sudah tak terhitung lagi banyaknya jumlah batang mangrove yang didonasikan dan ditanam tamu.


Sudah tak terbilang lagi, entah sudah berapa banyak meja-meja tranplantasi terumbu karang yang ditanamkan di dasar perairan pulau-pulau Pariaman. 


Bibit-bibit mangrove donasi dan ditanam langsung oleh para tamu wisata Bang Ridwan Tulus itu, kini menjelma jadi kawasan mangrove nan hijau rindang. 


Meja-meja tranplantasi terumbu karang donasi dari tamu wisata Bang Ridwan Tulus yang 'kami' bantu tanamkan di dasar perairan Pariaman, hidup bagus.


Kawasan mangrove Apar yang sepuluh tahun lalu 'kami' temui rusak parah, dengan adanya kolaborasi konservasi dan pariwisata, kini kondisinya membaik.


Bahkan, kini kawasan mangrove Apar telah menjelma menjadi destinasi taman wisata alam unggulan Kota Pariaman yang dilengkapi jembatan jelajah mangrove.


Destinasi wisata alam Kawasan Mangrove Apar (Apar Mangrove Park) kini dikelola oleh desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Apar Mandiri.


Dampak positif dari hadirnya destinasi wisata alam Kawasan Mangrove Apar (Apar Mangrove Park), kini telah dinikmati oleh masyarakat. 


Sebagai destinasi wisata yang menyuguhkan keelokkan alam, Kawasan Mangrove Apar, kini ramai dikunjungi pelancong dengan sistem bayar restribusi. 


Kini, kawasan tersebut tak terbatas dikunjungi oleh tamu wisatawan paket wisata minat khusus (wisata edukasi konservasi), tapi telah terbuka untuk umum.


Inilah contoh "jejak" positif yang ditinggalkan perusahaan perjalanan wisata Sumatera and Beyond milik Bang Ridwan Tulus untuk masyarakat Apar.


Karena alasan tamunya tak sekedar datang/melihat, lalu pergi, tanpa meninggalkan"jejak" itulah, 'kami' komunitas lokal bisa klop dengan Bang Ridwan Tulus. 


Karena alasan ada "jejak" positif yang akan ditinggalkan, itu pula jadi penguat kenapa 'kami' komunitas konservasi lokal mau bekerjasama. 


Terimakasih Bang Ridwan Tulus dan tim, terimakasih Sumatera and Beyond, terimakasih Green Tourism Institute, terimakasih masyarakat Apar. Salam lestari. (*)


(Catatan Pagi, Rabu 3 November 2021)

 
Top