Himpunan mahasiswa islam (HMI) adalah Organisasi mahasiswa yang di bentuk pada tanggal 14 rabiul awal 1366 H bertepanan pada tanggal 5 Februari 1947 M yang di prakarsai oleh lafran pane beserta 14 mahasiswa sekolah tinggi islam yang sekaramg berubah menjadi universitas islam indonesia. Himpunan mahasiswa islam sudah berdiri hampir satu abad atau yang sudah berumur 76 tahun berdirinya.

Kader Himpunan Mahasiswa Islam yang berintelektual adalah mahasiswa yang sadar akan hak dan kewajibannya serta mengerti akan peran dan funsinya. Terlihat dalam tubuh organisasi, kader memiliki fungsi lebih sebagai tenaga penggerak organisasi, calon pemimpin, dan benteng organisasi. Secara kualitas, kader mempunyai mutu, sanggup bekerja dan berkorban yang lebih besar daripada sekedar anggota biasa. Seorang kader seharusnya mampu menjalankan cita-cita perjuangan secara konsisten disetiap waktu, situasi, dan tempat. Berdasarkan fungsinya, dalam menjadi kader himpunan yang berkualitas, setiap anggota terlebih dahulu wajib melalui latihan, pendidikan serta praktikum. Pendidikan seorang kader baiknya dilaksanakan secara rapi, berencana dan berkelanjutan. 
berkaitan dengan Society 5.0 Society 5.0 adalah suatu konsep Society yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) dimana perkembangan teknologi serta data berperan penting dalam kemajuan suatu negara serta kesanggupan para kader di masa kini mengemban amnah dan mengawal harapan para pendahulunya dalam menyesuaikan diri untuk menjawab tantangan Menjawab tantangan global di era Society 5.0, alu mempertahankan suatu value besar berlandaskan kolaborasi jangka panjang yang bukan hanya sebuah kontestasi kebutuhan akademis dalam menjalankan tanggung jawab mewujudkan masyarakat adil makmur dalam tatanan masyarakat sesuai dengan cita-cita para founding fathers.

Himpunan Mahasiswa Islam baru saja genap berusia 76 tahun. Organisasi mahasiswa Islam yang didirikan di Yogyakara 5 Februari 1947 oleh Lafran Pane dan 14 orang lainnya ini telah melewati berbagai persoalan dan segenap dinamika dalam mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara, suka dan duka adalah hal hal yang lumrah di HMI dalam menapaki perjalanannya. Begitupun kontribusi HMI dalam rangka ikut mencerdaskan dan memajukan kehidupan berbangsa yang tidak diragukan lagi perannya. Bila HMI disandingkan dengan manusia, usia 76 tahun adalah usia senja yang memiliki segudang masalah yang mau tidak mau mesti dijalani, berubannya rambut, keriputnya kulit dan rentanya badan yang kadang sering diserang penyakit adalah hal lumrah untuk manusia diusia senja tersebut. Namun, HMI adalah sebuah organisasi yang digerakkan oleh manusia yang berubah-ubah dan berganti ditiap zaman semestinya bisa lebih matang dan siap dalam menghadapi tantangan zaman tersebut, HMI sebagai organisasi perkaderan selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Menyadari hal tersebut, maka sangat penting meningkatkan kualitas kader HMI agar dapat tetap berperan aktif mengawal kehidupan bangsa dalam persaingan global diera Society 5.0.

Sejalan dengan kualitas Insan Cita HMI, yaitu insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam, maka HMI secara lembaga wajib meningkatkan dan memperbaiki metode pengkaderan yang mengarah pada penelitian, riset serta pembangunan yang dapat melahirkan inovasi teknologi dan non-teknologi untuk kemaslahatan masyarakat dan terwujudnya kader HMI yang berkualitas dalam segala aspek terutama pada era Society 5.0 ini.

Selain itu, kader HMI harus mampu menyebarkan semangat akademis kepada khalayak ramai, seperti semangat budaya gemar membaca yang terawat dalam metode perkaderannya. Budaya ini harus dipertahankan, ditingkatkan dan disebar luaskan karena kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan teknologi di era Society 5.0.yang sangat penting dan semakin kompleks. Kader HMI akan sulit menghadapi era/zaman ini jika tidak memiliki bekal dan semangat untuk mengkaji dan mempersiapkan diri dalam dunia kompetisi yang lebih luas. Untuk bertahan dalam zaman, HMI juga dituntut memecahkan segenap persoalan internal dan eksternal yang kerap terjadi. Disintegrasi atau perpecahan bangsa adalah masalah eksternal paling fundamental yang saat ini dihadapi Indonesia dapat terjadi kapan saja. Pemilu sebagai momentum politik dalam berdemokrasi sering menjadi pemicu dari disintegrasi bangsa dan menguatnya isu konflik SARA dalam masyarakat menjadi faktor negatif dalam perkembangan bangsa mengikuti trend global dan dari persaingan sarana mempertahankan dan merebut kekuasaan. Hal tersebut tentu saja berdampak pada dua tujuan awal berdirinya HMI sebagai sarana;
Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia,

Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam. Dua ruang inilah yang menjadi garapan dan sampai kini dipertahankan untuk membekali kader-kadernya dalam memiliki pemahaman yang cukup berkenan dengan keislaman dan keindonesiaan. 

Seiring dengan godaan dan dinamika bangsa yang kian kompleks di era 5.0. ini, HMI juga memiliki tantangan untuk mengikuti student interest dan student need sekaligus. Disatu sisi, HMI harus dapat menarik minat mahasiswa masa kini dengan menyesuaikan segudang keinginan mereka, tetapi juga dalam waktu yang sama harus menjaga agar kualitas dan nilai HMI itu sendiri tidak menurun.

Dunia telah menunjukkan wajah perubahannya, wajah dunia masa kini sangat jauh berbeda saat HMI lahir. Begitupun dengan tantangan kader era Society 5.0 saat ini dan dulu jauh berbeda. Mampukah HMI berperan? Bagaimana HMI menjalankan peran itu? Dimana muara HMI nantinya? Pertanyaan seperti itu akan terus bertambah seiring dengan munculnya keraguan dan harapan bangsa terhadap kader HMI. Harus diakui, manusia saat ini begitu akrab dan semakin mahir dengan teknologi, sebagaimana tuntutan global dalam Society 5.0 nya yang berbasis pada teknologi dan data. 

Suatu negara dapat dinobatkan sebagai negara maju apabila kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologinya yang mendukung agar bisa berpacu dan memiliki daya saing dengan negara lainnya. Selain metode peningkatan dan perbaikan diaspek perkaderan, kader HMI masa kini juga harus memiliki jiwa enterpreneur dan kewirausahaan, sehingga kader HMI dapat berkontribusi pada kemajuan bangsa dan kesejahteraan umat manusia ketika menjadi pengusaha dan pelaku industri muslim. 

Atas dasar itu, HMI wajib melakukan aktualisasi kader yang mengedepankan kemampuan dalam peningkatan sumer daya manusia dengan penguasaan teknologi informasi dan jiwa kewirausahaan dengan tidak melupakan integritas nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Jika HMI ingin bertahan dalam pengawalan kemajuan bangsa, maka HMI harus didukung oleh kemampuan para kadernya dalam menguasai kompetensi teknologi dan non-teknologi, jiwa enterpreneurship, etos kerja yang unggul dan akhlak mulia yang bernafaskan islam. Era revolusi industri dan paradigma yang terbangun masa kini sangat berpengaruh dalam berbagai kegiatan masyarakat seperti pendidikan, gaya hidup, kesehatan dan tentunya dunia bisnis itu sendiri. 

Dampak dari Society 5.0 itulah yang menuntut semua lini dalam pemahaman terhadap teknologi, mau tidak mau kita semua kader HMI harus siap menghadapi dalam peran dan kiprahnya disemua lini pembangunan negara. 

Kader HMI harus sensitif dan peka untuk menyongsong serta mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan di era Society 5.0 dan memperhatikan hal-hal detail yang berkaitan dengan Society 5.0 Karena kedepannya, hal detail tersebut akan berpengaruh pada beberapa turunan Society 5.0 seperti Internet of Things (IoT), Big Data, Argumented Reality, Addictive Manufacturing, Artifical Intelegence, System Integeration, Simulation, Cloud Computing dan banyak hal lainnya yang sangat berpengaruh serta bermanfaat bagi umat manusia.

Saat perkembangan teknologi sangat berpengaruh terhadap perkembangan zaman dan masa depan kader HMI. Namun, sangat disayangkan jika ada kader yang tidak bisa mengikuti dan menyesuaikan diri, maka Ia akan tegerus seiring waktu berjalan. Untuk itu, kader HMI seharusnya mengambil tanggung jawab sesuai dengan kapasitas akademik dan keilmuannya masing-masing terkhusus di era Society 5.0 dimana teknologi dan ilmu pengetahuan sangat berpengaruh. Para kader zaman ini diharap mampu menjadi pemecah kebuntuan ditengah berbagai lapisan dimensi yang ada dimasyarakat. Namun kembali lagi ditekankan, para kader HMI tetap berlandaskan asas dan syariat Islam dalam setiap langkahnya.
 
Top